Cerita Tentang Nayla Dan Dunia Disekitarnya

Thursday, December 01, 2005

Kau Tetap yang Ter.... di Hati.

Artikel dari : http://www.myquran.org/forum/showthread.php?t=20989

"Muah... iiih gemes banget!" atau, "Duuh... buah hatiku, belahan jiwa, cium sayang dulu, muah...!"
Merah deh tuh pipi. Kadang, yang dicium tersipu malu, hidung kembang kempis, jempol pun mendadak gede. Nggak peduli kempot atau jerawat di pipi, apapun yang terjadi, muah...

Idih... ini bukan 'muah-muah'-an yang gak syar'i. Bukankah muah... bisa saja antara suami dan istri? Namun, waktu tak pernah berhenti berlari mengiringi keriputnya kulit pipi sang istri, dan kempotnya sang suami, muah... pun jarang terlihat dan terdengar lagi.

Ketika baru saja menikah, duhai sungguh mesranya."Bye... bye... Ummi. Hati-hati di rumah ya, assalaamu'alaykum, muah...," diiringi senyum lebar dan do'a sang istri yang tak lupa juga membalas, muah...

Buah hati lahir, satu, dua, bahkan lebih. Kesibukan dan usia pun bertambah, muah... perlahan-lahan senyap, nggak tahu di mana rimbanya. Atau bisa jadi, muah... hanya untuk pipi mulus si kecil, tidak lagi untuk istri yang pagi-pagi sibuk dengan perlengkapan perang dapurnya sambil belepotan bumbu masakan.

Menjadi tua, bukankah itu penyakit yang kata Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam memang nggak ada obatnya? Saat remaja, duhai wajah sungguh cantiknya. Kulit bersih, mulus dan licin penuh perawatan segala jenis ramuan serta vitamin, namun masa tua pastilah datang. Pun, wajah tampan rupawan hingga menjadi finalis Cover Boy majalah-majalah remaja, bukanlah jaminan akan selalu sedap dipandang.

Jelita, wajah mulus tanpa noda, tubuh langsing dengan berat ideal karena aerobik gak pernah ketinggalan, mungkin seperti ini kriteria Sang Pangeran. Tuan Puteri pun tak mau ketinggalan mensyaratkan, Sang Pangeran mesti ganteng tampan rupawan, tak tampak lemak di badan, mungkin seperti sosok binaragawan. Salahkah itu jadi sebuah impian?

Duuuh... Banyak banget sih yang diharapkan.Mau yang cantik, molek, atau jelita? Boleh saja, sah aja lagi. Demikian juga harapan agar sang Arjuna laksana binaragawan yang tampan menawan,atau bagai Gatot Kaca si otot kawat tulang besi, hingga sang wanita terasa banget dilindungi. Namun, kriteria fisik seperti itu sangatlah nisbi.

Di dunia ini banyak yang suka dengan laki-laki atau perempuan berkulit putih, tapikan juga ada yang bilang kalau, "Hitamlah hitam si tampuk manggis, walaupun hitam kupandang manis," atau "Buah manggis buah durian, hitam manis jadi rebutan." Nah lho!!!

Cantik fisik bagaimanapun hanyalah sedalam kulit, hanya tampak indah di mata. Saat tua menjelang, lekukan yang tak diharapkan pasti mengurangi kejelitaan atau ketampanan.

Memang, yang terbaik adalah kecantikan akhlak dan budi pekerti. Tak lekang oleh panas, tak lapuk pula oleh hujan. Kecantikan dalam (inner beauty) ini adalah karunia yang tak ternilai harganya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Segala gerak tingkah lakunya selalu memancarkan keindahan akhlak, kebaikan, dan ketulusan yang kalau dipelihara takkan hilang hingga akhir hayat dikandung badan.

Karena itu Rasulullah Sallallaahu Alayhi Wasallam lebih menekankan agar dalam memilih wanita yang terpenting adalah Dien-Nya. Sebab kalau tidak demikian niscaya kamu akan celaka, baru dibarengi harta, keturunan dan kecantikannya. Dan, ketakwaan lelaki adalah dasar utama bagi seorang wanita untuk menentukan pasangan. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan, "Jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakan, dan jika ia tidak menyukai tidaklah ia akan menzalimi.

"Bukankah jika pasangan yang menikah karena cinta yang teramat dalam kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka cinta itu bagaikan sebatang pohon di tanah yang subur, akarnya selalu erat mencengkeram, rimbun daunnya melindungi dari panas dan hujan, serta buahnya akan memberi kenikmatan. Karena kedalaman cinta, muah... sebagai salah satu ungkapan cinta akan selalu menghiasi kehidupan rumah tangga, tanpa peduli keriput Sang Permaisuri atau kempotnya Sang Raja.

Duhai...Sungguh indah tuntunan Sang Pemilik Cinta.Karenanya, ikatlah cinta suci karena akhlak serta budi pekerti. Insya Allah akan selalu langgeng hingga akhir waktu nanti walau apapun yang akan terjadi. Indah menghiasi hari demi hari, mengurai mesra untaian kata 'Kau Tetap yang Ter...muah Di Hati.'

Duhai kekasih hati / Kugubahkan nasyid ini
Sebagai tanda cinta suci / Dalam naungan Ilahi
Hari demi hari / Bersamamu kulewati
Dalam suka dalam duka / Dalam meniti ridho-Nya
Ikrarkan bersama / Untuk tetap dijalan-Nya
Bahtera rumah tangga / Teladankan rasul mulia
Didik putra-putri / Sebagai amanah Ilahi
Bekali akhlak imani / Jadikan mukmin sejati Insya Allah...
ALlahua'lam bish-shawab.

Catatan:
- Lirik lagu nasyid di atas adalah dikutip dari Dialog Dua Hati-Suara Persaudaraan.
- Article ini ada dalam buku Diary Kehidupan 2, Penerbit Asy-Syaamil, Bandung.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home